AS, Arab Saudi, dan UEA Bahas Rencana Aksi Militer Gempur Ansarallah Houthi Yaman

AS, Arab Saudi, dan UEA Bahas Rencana Aksi Militer Gempur Ansarallah Houthi Yaman Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah membahas kemungkinan aksi militer bersama sekutunya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) terhadap Ansarallah (Houthi) Yaman. Hal ini dilaporkan sebagai respons AS terhadap serangan gerakan perlawanan terhadap kapal kapal terkait Israel di Laut Merah.

Laporan Bloomberg, Sabtu (9/10/2023), mengutip sejumlah pihak yang mengetahui diskusi tersebut, perundingan masih berada pada tahap awal. Disebutkan, baik AS maupun dua negara mitra regionalnya tersebut masih lebih memilih cara diplomasi daripada konfrontasi langsung. "Namun diskusi tersebut menggarisbawahi betapa seriusnya AS dalam menanggapi ancaman (Houthi) tersebut," tambah sumber tersebut.

Perekonomian Israel sangat bergantung pada penerimaan barang melalui kapal, termasuk melalui Laut Merah di lepas pantai Yaman. AS, Arab Saudi, dan UEA Bahas Rencana Aksi Militer Gempur Ansarallah Houthi Yaman Ansarallah Houthi Yaman Tak Mau Berdamai dengan Arab Saudi Jika Statusnya Perantara

Ansarallah Houthi dan Pasukan Yaman Proksi Arab Saudi Mulai Akur, Jalanan Sanaa Marib Kembali Dibuka Dinamika Yaman dan Konflik di Laut Merah: Selain AS, Houthi Juga Hadapi Tangan Arab Saudi dan UEA 36 Rudal AS dan Inggris Gempur Yaman, Houthi Siapkan Pembalasan: Operasi Militer Berlanjut

AS dan Inggris Gempur Yaman, Houthi Bersumpah Akan Balas Menyerang Pangkalan Militer AS & Inggris Houthi Bersumpah Serang Pangkalan Militer AS & Inggris jika Keduanya Terus Gempur Yaman Ansarallah Houthi: Kedaulatan Dilanggar, Yaman Deklarasikan Perang Terbuka Lawan AS dan Inggris

Ansarallah berusaha menargetkan kapal kapal komersial yang terkait entitas Israel untuk mendukung milisi perlawanan Palestina di Gaza, yang telah memerangi Israel sejak 7 Oktober. Ansarallah juga telah menembakkan rudal ke kota pelabuhan Israel, Eilat, yang coba ditembak jatuh oleh Arab Saudi dan Angkatan Laut AS. Upaya kelompok tersebut untuk mendukung Palestina terjadi bersamaan dengan serangan kelompok perlawanan terhadap pasukan AS di Suriah timur laut serta Irak barat dan utara.

Agresi militer Israel telah membunuh sekitar 17.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak anak, sejak serangan Hamas terhadap pangkalan militer dan pemukiman Israel pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 warga Israel. Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer mengatakan pada Kamis kalau Gedung Putih “tidak mengesampingkan kemungkinan mengambil tindakan militer” terhadap Ansarallah. "Namun fokus saat ini adalah membentuk koalisi maritim untuk mencegah serangan Ansarallah di Laut Merah, yang akan menyebabkan lebih banyak serangan yang dilakukan oleh Ansarallah," katanya.

Sebagai catatan lebih dari 12 persen perdagangan dunia dan sebagian besar pasokan energi Asia Barat ke Eropa berasal dari rute perjalanan ini. Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan AS sedang dalam pembicaraan untuk membentuk satuan tugas angkatan laut “dengan dukungan sebanyak mungkin dari banyak negara” yang dapat mengawal kapal kapal di Laut Merah. Dalam komentarnya melalui email kepada Bloomberg, Utusan AS untuk Yaman Tim Lenderking mengatakan ia kembali ke Asia Barat “untuk melanjutkan diplomasi intensif AS dan koordinasi regional guna menjaga keamanan maritim di Laut Merah dan Teluk Aden.”

Pekan lalu, Ansarallah meluncurkan serangan rudal dan drone selama berjam jam terhadap tiga kapal komersial. Beberapa pejabat AS mengklaim serangan itu juga menargetkan kapal perang perusak USS Carney, yang dikirim ke Laut Merah pada pertengahan Oktober. Ansarallah menyita kapal kargo yang terkait dengan Israel bulan lalu ketika pasukan komandonya mendarat di kapal tersebut dari helikopter.

Kelompok tersebut merilis video pasukan komando mengacungkan tinju ke udara dan mengambil foto selfie di dek sambil berinteraksi secara ramah dengan awak kapal. Serangan tersebut telah meningkatkan premi asuransi untuk kapal kapal di wilayah tersebut. Sementara, beberapa perusahaan, terutama yang memiliki hubungan dengan Israel, telah mengubah rute kapal mereka meskipun ada tambahan waktu dan biaya untuk menghindari ancaman Ansarallah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *